Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Monday, August 28, 2017

Menentukan Asuransi Jiwa dan Uang Pertanggungan

Bagaimana menghitung besar Uang Pertanggungan Asuransi?

Terlalu besar? Kecil? Ini seperti menjadi pembahasan panjang lebar dan tarik menarik antara calon Nasabah dengan Agen Asuransi. Bagi Nasabah, umumnya pertama-tama akan berhitung tentang PREMI yang harus dikeluarkan, sedang bagi Agen yang utama adalah berhitung tentang MANFAAT.

Perjanjian Asuransi itu memang demikian: Tertanggung berjanji membayar Premi sedang Penanggung berjanji membayar Manfaat bila terjadi Musibah sesuai dengan Perjanjian alias polis.

Bagi Nasabah yang diharapkan adalah membayar premi serendah-rendahnya untuk memperoleh manfaat setinggi-tingginya.

Bagi Penanggung harus mengumpulkan premi yang cukup besar untuk menutupi atau menanggung Klaim yang diajukan saat musibah terjadi.

Kalau Asuransi Umum polis atau perjanjian hanya berlaku satu tahun, lalu diperbaharui. Tidak ada masalah penetapan premi, itu bisa disesuaikan tiap tahun. Bagaimana dengan Asuransi Jiwa yang kontraknya sampai seumur hidup? Jadi, caranya bagaimana?

Dalam Asuransi Jiwa, mulanya adalah Asuransi Berjangka (Term Life) yang diperpanjang sampai akhir hayat menjadi Asuransi Seumur Hidup (Whole Life). Tapi, Nasabah berat untuk bayar terus menerus -- selain itu juga bisa terjadi peningkatan premi asuransi term life jika kesehatan memburuk.

Maka dibuatlah Asuransi Seumur Hidup dengan Pembayaran Terbatas, misalnya hanya 20 tahun. Nasabah bayar 20 tahun dengan besar nominal yang sama untuk memenuhi premi sampai seumur hidup. Di sini Penanggung melakukan dua hal. Yang pertama, perhitungan biaya asuransi menjadi lebih tinggi karena harus menutupi risiko penurunan kesehatan kelak. Yang kedua, karena ada kelebihan premi di awal, maka kelebihan tersebut (disebut cadangan premi) diinvestasikan dan return-nya sebagian besar dipegang oleh Perusahaan. Misalnya cadangan premi diinvestasikan pada obligasi dengan yield 7%, yang diberikan kepada Nasabah hanya 3%.

Karena itu, ada komplain dari para perencana keuangan terhadap asuransi jiwa dengan nilai tunai (cash value) seperti asuransi Whole Life atas ketidak-transparanan polis Asuransi Whole Life. Memang ada kepastian pembayaran premi dan kepastian manfaat sampai seumur hidup, tapi preminya menjadi BESAR.

Kompensasinya, untuk Asuransi Whole Life ada BONUS yang diberikan, disebut bonus reversionary. Tentunya yang disebut bonus ini tidak dijamin, itu tergantung hasil pengelolaan dan kebijakan perusahaan.

Cara lain adalah dengan membuat semua premi yang dibayarkan oleh Nasabah menjadi INVESTASI dalam bentuk unit penyertaan modal, serupa dengan Reksa Dana. Dari investasi ini, unit akan dicairkan secara berkala terus menerus sampai kontrak atau polis berakhir. Tujuan dari investasi ini adalah agar dana Nasabah menjadi lebih besar oleh hasil investasi, sehingga total premi yang dibayarkan bisa lebih KECIL. Di samping itu, jika hasil investasinya bagus, semua keuntungan menjadi milik Nasabah.

Ini adalah konsep yang disebut Asuransi Unit Link. Nasabah bisa berinvestasi sekaligus (single payment) atau berinvestasi secara berkala dengan angka yang sama, sehingga diharapkan nilai investasi terus membesar, dan membuat kebutuhan pembayaran premi terus mengecil. Biaya asuransi hanya diambil dengan cara mencairkan unit investasi saja secara otomatis.

Sayangnya, banyak orang menginginkan hasil investasi yang besar, dan para penjual asuransi menawarkan hasil investasi yang sangat besar di luar kinerja sebenarnya dari perusahaan asuransi. Malah dibilang juga bahwa asuransi unit link adalah tabungan dan dibuatlah ilustrasi bahwa pada tahun ke sekian, akan tersedia jumlah uang sekian, bisa untuk sekolah atau pensiun atau apa saja!

Bayangkan keterkejutan ketika mengetahui bahwa (1) Hasil Investasi tidak dijamin, beda dari Nilai Tunai pada asuransi Whole Life dan (2) seperti Asuransi Berjangka, biaya asuransi membesar seiring dengan bertambahnya usia dan membesarnya risiko.

Investasi itu sendiri bisa untung, bisa juga rugi. Pada asuransi unit link, akan terjadi pencairan unit secara berkala, terus menerus sampai akhir kontrak, sama dengan asuransi seumur hidup dengan pembayaran tiap tahun yang semakin tua semakin besar. Atau semakin buruk kondisi kesehatan, semakin besar.

Dan sayangnya, sampai hari ini perusahaan asuransi juga belum membuka secara transparan berapa biaya asuransi dari tahun ke tahun, walaupun hal ini sudah diwajibkan dalam UU Asuransi. Kita bisa berharap akan ada perubahan dalam hal transparansi ini, juga semoga tidak ada lagi penggambaran estimasi hasil investasi yang bisa menyesatkan di ilustrasi asuransi unit link.

Investasi itu turun naik tanpa diduga, dan risiko perlu di manajemen, perlu dikelola untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selama ini sering terjadi penurunan besar di nilai efek (surat berharga) sedang unit tetap dicairkan -- akibatnya jumlah unit yang dicairkan menjadi sangat besar, dan bisa habis. Kalau jumlah unit habis, pertanggungan asuransi juga bisa berakhir jika Nasabah tidak segera menambahkan dana untuk membeli unit lagi.

Bagaimanapun, asuransi unit link adalah pilihan yang baik karena tersedia investasi yang meringkankan beban pembayaran premi. Kalau tidak suka cara ini, bisa saja membuat investasi terpisah di Reksa Dana, lalu dari sana cairkan unit untuk membayar biaya asuransi -- tapi cara ini akhirnya sama saja, bukan?

Yang penting adalah, miliki asuransi jiwa dengan pertanggungan yang sesuai dengan Nilai Ekonomi. Ini adalah estimasi besar pendapatan yang mungkin diperoleh dalam sekian tahun ke depan, misalnya 10 tahun. Berapakah nilai pendapatan itu, jika tiap tahun nilai pendapatan bertambah 5%-10%?

Jika musibah terjadi, hilanglah semua pendapatan itu. Asuransi Jiwa bisa menggantikannya. Berapa nilainya? Kalau UP Rp 500 juta, itu kira-kira menggantikan selama 4-5 tahun untuk keluarga kelas menengah. Lebih baik jika bisa memiliki UP di atas Rp 1 M, memberi peluang dan kelegaan finansial lebih besar bagi keluarga yang ditinggalkan.

Apakah Asuransi Jiwa memberikan untung? Tidak. Beban musibah jauh lebih besar, bukan hanya soal finansial. Namun, ketersediaan dana memungkinkan keluarga yang ditinggalkan tetap sejahtera untuk beberapa tahun ke depan, sambil melakukan penyesuaian kehidupan karena meninggalnya penghasil nafkah.

Dan di tengah beban pengeluaran saat ini, asuransi unit link memberikan peluang lebih baik, asal dilakukan manajemen risiko yang sesuai atas investasinya. Tanyalah agen asuransi Anda bagaimana melakukan switching dana dan kapan waktu perlu melakukannya.

Kalau masih bingung bagaimana menghitungnya, silakan hubungi saya.

No comments:

Post a Comment