Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Wednesday, September 7, 2016

Hitungan Asuransi Kesehatan

DI AMERIKA, KEMATIAN KARENA TIDAK MEMILIKI ASURANSI KESEHATAN TERNYATA CUKUP TINGGI. Kira-kira ada 20.000 - 45.000 kematian per tahun karena tidak mempunyai asuransi kesehatan yang cukup memadai. Di Amerika orang yang tidak diasuransikan lebih mungkin meninggal dibandingkan dengan mereka yang mempunyai asuransi. Bagaimana dengan Indonesia? Tidak tahu. Belum ada penelitian yang detail tentang hal ini dan dipublikasikan.


Di sisi rakyat, asuransi kesehatan untuk sekeluarga membutuhkan dana yang mungkin terasa berat bagi kebanyakan rakyat Indonesia. Pembayaran premi bulanan antara Rp 3 juta - 6 juta untuk asuransi kesehatan satu keluarga (ayah, ibu, 2 orang anak), untuk keluarga kelas menengah dengan income 20 juta per bulan. Pembayaran premi itu merupakan 15% - 30% dari income; jadi pasti merupakan beban yang tidak ringan.

Maka, bersyukurlah ada BPJS Kesehatan yang memberikan beban premi jauh lebih ringan. Asuransi Sosial ini didukung oleh Anggaran Negara, biar bagaimanapun menjadi jalan keluar bagi sebagian besar rakyat yang pendapatannya kurang dari Rp 5 juta per bulan.

Mengapa biaya premi begitu besar? Besarnya biaya premi berbanding lurus dengan besarnya tanggungan biaya kesehatan yang terjadi. Dengan rata-rata lamanya rawat inap di kamar kelas I (sekitar Rp 700 ribu per hari, 1 kamar berisi 2 ranjang) selama 5-9 hari, sedang biaya per hari rata-rata Rp 1,8 juta per orang, bisa diperkirakan rata-rata setiap rawat inap membutuhkan kurang lebih Rp 16,2 juta per orang di tahun 2016. Ini adalah perawatan standar, tanpa ICU, tanpa pembedahan. Ini untuk kasus seperti terkena typhus atau demam berdarah, yang banyak terjadi.

Jika sebuah keluarga terdiri dari 4 orang - ayah, ibu, dan dua anak - maka risiko yang ditanggung adalah 4x Rp 16,2 juta, sama dengan Rp 64,8 juta. Jika dihitung dalam 1 tahun setiap orang di keluarga punya kemungkinan dua kali di rawat inap, besar risikonya menjadi Rp 129, 6 juta per tahun.

Karena tingkat klaim rumah sakit relatif tinggi, lebih tinggi daripada klaim asuransi jiwa lain (kematian, kecelakaan, penyakit kritis), maka bisa diperkirakan biaya asuransinya 10% (1 dari 10 orang peserta dirawat inap) dari besar risiko, artinya kurang lebih sebesar Rp 13 juta per tahun, untuk satu keluarga yang terdiri dari 4 orang.

Dengan asuransi unit link yang mempunyai investasi, perhitungan premi tiga kali dari biaya asuransi, berarti butuh sekitar Rp 39 juta per tahun. Ini belum menghitung besar Uang Pertanggungan dan biaya akuisisi yang dikenakan -- estimasi yang cukup masuk akal adalah biaya premi tahunan sebesar Rp 45 juta per tahun, dibayarkan selama 10 tahun. Diharapkan kelebihan dana yang disetorkan selama 10 tahun itu cukup untuk menutupi biaya asuransi dari selesainya masa pembayaran premi sampai kontrak berakhir.

Alternatifnya, bayar asuransi kesehatan yang standalone -- biaya premi itu kira-kira hanya 1/3 nya, sekitar Rp 15 juta untuk sekeluarga,  namun harus berhitung untuk terus menerus membayar premi. Jika mencapai usia pensiun dan tidak produktif lagi, membayar premi asuransi kesehatan bisa terasa sangat berat, padahal di usia lanjut justru kebutuhan pertanggungan kesehatan menjadi lebih tinggi.

Beban premi itu besar, karena beban biaya rawat inap di Rumah Sakit tidak murah, jika tetap mengharapkan pelayanan kesehatan yang optimal. Pertanyaannya, jika sampai menderita sakit dan perlu di rawat inap, di rumah sakit mana dan di kelas berapa yang akan dipilih? Kebanyakan orang akan memilih yang terbaik, dibatasi oleh dana yang dimilikinya.


Sebentar. Semua perhitungan di atas adalah rancangan biaya di tahun pertama, misalnya sekarang tahun 2016. Bagaimana dengan 10 tahun yang akan datang? Biaya kesehatan juga meningkat setiap tahun. Dengan asumsi peningkatan rata-rata 8% per tahun, maka pada 10 tahun yang akan datang, besar biaya menjadi 2,16 kali lebih besar. Kalau sekarang butuh Rp 10 juta untuk biaya RS, 10 tahun kemudian kebutuhannya menjadi Rp 21,6 juta.

Hitung juga bahwa dengan bertambahnya usia, kemungkinan masuk rumah sakit atau menderita penyakit berat menjadi lebih besar. Tantangannya bukan sekedar rawat inap biasa, tapi juga bagaimana harus dirawat di ICU, mengalami pembedahan, serta perawatan khusus. Semuanya menelan biaya.

Akhirnya, bagi yang tidak bisa menyediakan biayanya.... mungkin mereka memilih untuk pasrah dan menyambut kematian dengan wajah meringis sedih.

Sampai besok lagi.....

1 comment: