Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Thursday, September 1, 2016

Tidak Cukup

PAGI INI, TELEMARKETER SUDAH NELPON, dan percakapan kami kira-kira seperti ini:
"Selamat pagi, dengan Pak Donny Adi Wiguna?"

"Ya"
"Perkenalkan Pak, nama saya Bertha dari xxxxx. Kami ada program yang khusus dan baik untuk Bapak sebagai pemegang kartu kredit Platinum. Kartu kredit Bapak masih aktif, Pak?"
"Masih"

"Mohon waktu Bapak tiga menit saja. Kami mau memberikan manfaat bagus sekali untuk Bapak dan keluarga. Bapak sudah berkeluarga, bukan?"
"Sudah"
"Nah, Pak, kalau Bapak atau anggota keluarga di rawat di rumah sakit, kami akan memberikan santunan harian sebesar Rp 300.000 per hari Pak, tunai. Mudah, tinggal kirim kuitansinya pada kami, fotocopy juga boleh. Bisa dipakai untuk membayar biaya rumah sakit, kalau masuknya ke ICU diberi manfaatnya dobel lho Pak."
"Asuransi kan? Saya sudah ada."

"Oh, bagus kalau Bapak sudah ada, ini bisa dobel klaim loh Pak. Jadi Bapak klaim ke asuransi Bapak, juga bisa klaim dan terima manfaat dari kami."
"Tapi kan manfaatnya hanya Rp 300.000 sehari. Berapa premi yang harus saya bayar?"
"Dapat uangnya kan besar, Pak. Setahun bisa ditanggung 100 hari, jadi total Rp 30 juta. Bapak sebulan hanya bayar premi Rp 500.000 saja."
"Makasih deh. Saya sudah punya Asuransi Kesehatan kok."
"Iya Pak, ini kan bisa dobel klaim"


"Ya, bukan soal klaim. Soal sebenarnya, saya menabung Rp 500.000 atau Rp 6 juta per tahun untuk dapat maksimum Rp 30 juta. Saya bayar premi Rp 3,1 juta sebulan, dapat pertanggungan kesehatan yang membayar semua tagihan, sesuai tagihan dengan kamar 1 juta, UNTUK KELUARGA, saya, istri dan dua orang anak. Plafon kami kalau ditotal ada Rp 1,8 Milyar per tahun.

Ibu Bertha lihat, saya bayar 6 kali lipat dari premi Ibu. Saya dapat 60 kali lipat, dan bukan hanya itu saja. Saya dan istri juga ditutupi UP masing-masing Rp 500 juta jika meninggal dunia."


"Oh, memang ada yang bisa begitu Pak? Hanya Rp 3,1 juta sebulan untuk sekeluarga?"
"Saya ikut asuransi di Generali"
"Baiklah Pak.... terima kasih, selamat pagi...."

Jika ada yang berpikir bahwa saya merasa asuransi itu sudah cukup, dia keliru. Jika saya memikirkan tentang kesehatan dan biaya perawatan jika sakit, sebenarnya asuransi yang saya miliki sejak 2013 itu TIDAK CUKUP.

Lho, kalau tidak cukup, kenapa tidak terus menambah asuransi kesehatan? Saya belum menambah asuransi kesehatan karena belum mempunyai kesanggupan membayar. Apa boleh buat, secara finansial saya terbatas dalam arus kas, terbatas dalam jumlah premi yang harus dibayar. Untuk sementara, saya harus puas dengan membayar Rp 3,1 juta per bulan untuk asuransi jiwa sekeluarga dalam satu polis.

Asuransi Unit Link premi 3,1 perbulan -- Rp 700.00 premi dasar dan 2,4 juta top up -- dengan UP dasar untuk saya Rp 500 juta, juga tambahan UP untuk istri Rp 500 juta. Lalu saya dan istri punya asuransi kesehatan dengan plan kamar Rp 1 juta yang manfaatnya dibayar sesuai tagihan. Untuk kedua anak, masing-masing plan kamar Rp 750.000, ada inner limit pada manfaat penggantian rawat inap. Plafon asuransi kesehatan saya dan istri masing-masing Rp 500 juta per tahun. Plafon anak-anak, masing-masing Rp 400 juta per tahun. Total plafon kesehatan, Rp 1,8 M per tahun.

Bagi saya, membayar premi Rp 3,1 juta per bulan itu cukup menekan, tapi kami tetap usahakan. Puji Tuhan, masih rutin bisa dibayar setiap bulan. Jadi sekarang harus cukup puas dengan apa yang ada.


Kenapa saya bilang tidak cukup?

Karena, jika sudah masuk rumah sakit, kita tidak bisa mengetahui sebelumnya, tidak bisa menolak penyakitnya, dan tidak bisa menawar tagihannya. Saat sakit, yang diinginkan adalah mendapat perawatan terbaik, lalu sembuh. Karena dibatasi biaya, ya mungkin kita akan terima pakai obat generik. Ya mungkin kita akan terima satu kamar isi dua atau tiga orang.

Walaupun begitu, nyatanya agak kagok juga ketika membesuk seorang pimpinan yang dirawat di rumah sakit, karena dia mengambil kamar yang isinya tiga ranjang, dan ketiganya penuh, ramai. Ia harus ambil kamar itu supaya harga kamarnya masih tetap di bawah plan, supaya tetap dibayar sesuai tagihan.

Masalahnya, kalau sebulan sekali bayar Rp 3,1 juta cukup berat, bagaimana jika masuk ke rumah sakit selama seminggu, dengan total biaya belasan juta rupiah? Itu bukan untuk penyakit yang serius lho. Itu untuk penyakit yang terus hilang sembuh setelah dirawat beberapa waktu lamanya, seperti sakit batu ginjal.

Jika sakitnya lebih serius, hari ini dana yang dibutuhkan adalah miliaran. Kalau plafon per orang baru Rp 500 juta, itu tidak cukup, seperti yang terjadi pada teman kami yang harus transplanasi liver, tapi belum dilakukan. Memang ada beberapa ratus juta santunan asuransi penyakit kritis, tapi tidak cukup. Terbatas dalam biaya.

Mungkin, perspektif ini belum banyak dipahami oleh agen Asuransi. Pastinya yang telemarketing tadi juga tidak terpikir begitu -- baginya, Rp 300.000 sehari itu sudah cukup mengesankan. Namun, jika boleh, mari kita masing-masing melihat lagi berapa sih pertanggungan yang menjagai keuangan kita?

Pilihan lainnya adalah menjaga kesehatan -- itu pasti lebih murah daripada bayar kamar rumah sakit. Belakangan saya jadi lebih banyak memikirkan dan menganjurkan supplemen yang terbukti baik secara laboratorium dan farmakologi -- bukan sekedar hype plasebo dan promosi saja. Karena tidak cukup pertanggungan yang ada, kalau cara hidup kita sembarangan.


Sampai besok lagi...

No comments:

Post a Comment