Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Monday, August 8, 2016

Manajemen Risiko Kesehatan

BAGAIMANA MENGUKUR RISIKO YANG DIHADAPI SESEORANG TENTANG KESEHATANNYA? Ini adalah pertanyaan yang diajukan pada saya, dengan pemikiran khawatir tentang datangnya penyakit serta (amit-amit) penyakit yang mungkin diderita. Apa saja faktor yang dapat dijadikan petunjuk tingkat risiko yang lebih besar?



Yang pertama adalah hubungan antara tinggi dan berat badan, dalam ukuran yang disebut sebagai Body Mass Index (BMI). Cara berhitungnya: berat tubuh (dalam kg) dibagi dengan kuadrat / pangkat dua dari tinggi badan (dalam m). Misalnya ya, berat badannya 85 kg. Tingginya 1,67 m. Nah, pangkat dua alias kuadrat dari 1,67 adalah 2,7889. Terus, 85 / 2,7889 sama dengan 30,478, berarti BMI nya adalah 30,478.

Apa artinya BMI 30,478? Itu berarti kegendutan alias obesitas. Angka BMI di atas 30 menunjukkan tingkat risiko tinggi karena obesitas. BMI 25 ke atas bisa disebut kelewat berat badannya. BMI yang sehat adalah sekitar 18,5 sampai 24,9. Kalau BMI di bawah 18,5 itu juga berisiko tidak sehat karena terlalu kurus. Masalahnya, BMI juga terkait dengan banyaknya lemak dalam tubuh, yang menunjukkan metabolisme tubuh yang menimbun lemak.

Salah satu cara untuk mengukur jumlah lemak adalah dengan mengukur lingkar pinggang. Jika lingkar pinggang lebih dari 95 cm, ada kemungkinan terlalu banyak lemak membungkus organ bagian dalam. Kalau lemak bisa membungkus usus, liver, dan sebagainya, di mana lagi lemak bisa tertimbun dan mengerak?

Kolesterol tinggi -- kebanyakan LDL, yaitu lemak 'jahat' dalam darah, yang bisa menyebabkan penebalan di pembuluh darah ke jantung. Tahu LDL? Itu singkatan dari Low Density Lipoprotein. Duh. apa sih lipoprotein? Ini adalah protein yang berada di dalam darah dan mengikat lemak. LDL membawa banyak kolesterol, terlalu banyak LDL berdampak buruk. Selain LDL, ada lagi HDL atau High Density Lipoprotein, yang bersifat protektif.

BMI tinggi dan LDL tinggi, membawa risiko penyumbatan pembuluh darah ke jantung, jadi penyakit yang disebut jantung koroner atau cardiovascular disease. Jangan diremehkan ya, ini adalah penyakit nomor satu yang membunuh orang di seluruh dunia di jaman ini. Kalau pembuluh darah ke jantung tersumbat, akibatnya jantung kekurangan oksigen dan otot-otot jantung bisa rusak, bahkan sel-selnya mati. Kalau jantung berhenti berdetak, artinya.....

Jika mau belajar lebih banyak tentang kesehatan, bisa simak dan baca dr. Indra K. Muhtadi yang sangat informatif. Pengertian risiko tubuh, berhubungan dengan pengertian kesehatan kita.

Jika Anda tersenyum karena sampai di sini masih merasa sehat dan muda, jangan jadi lengah. Coba lihat baik-baik keluarga. Apakah orang tua juga bertubuh sehat dan ideal? Adakah kondisi sakit berat di usia lanjut?


Dalam keluarga di mana kedua orang tua punya kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat, seringkali anak-anaknya juga turut mempunyai kebiasaan yang tidak sehat. Suka jajan sembarangan, banyak makan perasa buatan (yang murah itu), dan jenis makanan yang itu-itu saja. Merokok. Tahukah Anda, ada 4000-an zat dalam rokok dan asapnya, di mana semuanya berbahaya bagi kesehatan?

Sedikit riset bisa menunjukkan seperti apa kondisi risiko seseorang menjadi tidak sehat, tanpa perlu menunggunya benar-benar sakit. Jika BELUM menderita sakit, ini adalah waktu yang tepat untuk memikirkan tentang asuransi kesehatan seperti apa yang dibutuhkan, dan berapa besar pertanggungannya.


Kebanyakan kasus dimulai dengan suatu keterkejutan, mendapati diri mengidap penyakit berat. Setelah diagnosa dokter, berikutnya dilakukan tes laboratorium yang diperintahkan dokter. Konfirmasi dari penyakit seringkali diikuti dengan perintah dokter untuk perawatan di rumah sakit. Banyak kasus di mana kondisinya sudah cukup parah sehingga pengobatan, termasuk bedah, harus segera dilakukan. Penyakit itu datang tanpa diduga, kalau sudah datang tidak bisa ditolak, dan kalau biayanya sangat besar, tidak bisa ditawar.

Sebagai antisipasi, pikirkanlah skenario bila harus masuk rumah sakit. Di manakah mau dirawat? Apakah di rumah sakit dalam negeri? Atau rumah sakit luar negeri? Ingatlah, jika sudah kehilangan kesehatan, yang terpenting adalah memperoleh kesembuhan, bukan sekedar mengeluarkan uang sesedikit mungkin. Jika tidak sembuh total, penyakit bisa berlanjut dalam jangka panjang dan akhirnya membuat pengeluaran yang jauh lebih besar. Selain itu, dalam prosesnya kita juga membutuhkan kenyamanan -- dalam kadar yang berbeda. Kalau masuk rumah sakit, bersedia dirawat di kamar kelas berapa?

Oh, kalau di Indonesia juga ada tambahan pendamping yang menemani selama sakit. Keluarga gantian menemani, sampai rumah sakitnya juga terbiasa mengandalkan ada keluarga yang mengecek keadaan. Apakah infusnya habis? Apakah ada gelembung udara di selang infus? Apakah pasien mau buang air? Suster tinggal menunggu panggilan keluarga.

Pikirkanlah tentang situasi keuangan Anda sekarang, serta proyeksinya ke depan. Apakah jika penyakit berat datang, lantas dirawat dengan tagihan biaya misalnya 250 juta adalah sesuatu yang sanggup ditanggung tanpa masalah? Kalau tidak sanggup, lantas berapakah jumlah yang masih sanggup dibayar sendiri?

Ada yang bilang, yang penting punya asuransi untuk pengganti biaya rumah sakit dan pembedahan. Itu betul, kalau pertanggungannya mencukupi. Tapi jika, misalnya, pertanggungan asuransi hanya menutupi 30% dari tagihan yang berarti keluarga masih harus menanggung 70%-nya, bukankah beban keuangan masih tetap besar?


Ada lagi yang bilang, kalau mau besar lebih baik ambil asuransi terhadap penyakit kritis saja. Masalahnya, kalau masuk rumah sakit dan terus keluar, tetap harus terlebih dahulu ada pembayaran tagihan. Bisakah rumah sakit menunggu klaim asuransi cair? Lagipula, tidak semua kondisi ditutupi oleh asuransi penyakit kritis.

Kecelakaan, misalnya, tidak ditutupi oleh asuransi penyakit kritis. Untungnya sekarang ada BPJS, meskipun masih tetap menyisakan, asuransi kesehatan sosial atau Full Service yang anda mau? Pertimbangkanlah segala segi dengan baik dan berkepala dingin.

Sebagai penutup, bagaimanapun menjaga kesehatan dan tidak pernah sakit, tidak mengalami kecelakaan, adalah yang paling baik dan ideal. Nilai dari kesehatan adalah TIDAK TERHINGGA, jadi bagaimanapun juga, adalah suatu kerugian kalau sampai mengalami sakit, apalagi harus terus diopname, apalagi harus terus dibedah. Asuransi kesehatan hanya mengganti secara terbatas, tidak bisa menutupi semua kehilangan yang terjadi.

Tetaplah jaga kesehatan....

Sampai besok lagi. Salam!

No comments:

Post a Comment