Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Wednesday, August 24, 2016

Peduli, Apakah Anda peduli?

ASURANSI ADALAH PRODUK KEUANGAN YANG DIAMBIL BERDASARKAN KEPEDULIAN, bukan keinginan. Tidak ada keuntungan pribadi yang dapat diharapkan dari Asuransi, walaupun dalam Asuransi Jiwa bisa terbentuk situasi di mana penanggungan seperti memberikan suatu keuntungan.

Mungkin Anda pernah mendengar cerita lama ini, tentang seorang pengusaha muda dan sukses yang membuat polis Asuransi Jiwa dengan nilai Uang Pertanggungan yang sangat besar di waktu itu, pembayaran premi mengambil bagian besar dari pendapatan tahunannya. Ia membayar selama 10 tahun, hingga selesai melalui masa pembayaran premi.

Tahun-tahun berlalu, datanglah badai ekonomi hebat melanda dunia. Perdagangan ekspor terpangkas, hutang pun membelit, dan di usia pensiunnya pengusaha ini harus mengalami kebangkrutan. Anak-anaknya tidak berhasil kuliah sampai tingkat lanjut, keluarganya harus meninggalkan semua harta yang tersisa untuk bayar hutang. Pengusaha ini pun mengalami stress dan sakit karena beban pikiran yang terlalu berat. Ia mengalami kepikunan parah, suatu bentuk alzheimer.

Beberapa tahun kemudian, pengusaha ini meninggal dunia dalam keadaan miskin. Tidak ada tabungan. Istrinya bekerja membuat kue. Anak-anaknya harus bekerja jadi pelayan toko. Ketika ia meninggal, tetangga-tetangga berpatungan untuk menolong persemayaman dan pemakamannya.

Sampai, mereka membereskan semua barang milik si pengusaha dan menemukan di belakang lemari masih tersimpan satu dokumen polis yang sudah tua. Perusahaan Asuransinya masih berdiri -- mereka mencari kantor yang terdekat, membawa polis. Bertanya dengan penuh harap.

Singkat cerita, proses administrasi diselesaikan dan uang klaim diserahkan. Nilai uang itu tidak lagi terlihat amat sangat besar seperti pada waktu polis dibuat, namun toh masih bersatuan 'milyar' dan sangat cukup untuk menolong kehidupan janda dan anak-anaknya. Mereka memakainya untuk modal berjualan, dan anak yang kecil bisa meneruskan sekolah hingga kuliah.

Butuh waktu, tapi kehidupan keluarga ini tidak lagi semiskin itu, walau juga tidak menjadi sekaya semula. Kepedulian pada keluarga, kesediaan untuk sukar membayar premi asuransi, menahan diri dari pesta pora dan hidup konsumtif -- menjadi pertolongan bagi orang-orang yang dikasihi almarhum sepanjang hidupnya.

Apakah cinta kasih itu akan berpikir, "ah saya tidak mau memberikan Asuransi Jiwa, buat apa, nanti juga dipakai kawin lagi..." seperti demikian?

Apakah cinta kasih itu akan berpikir, bahwa "keuntungan" dari Asuransi Jiwa itu merupakan suatu bentuk perjudian, yang terjadi di kala kemalangan sehingga sang tertanggung sudah tidak lagi bisa menikmati hasilnya.... lantas mengatakan bahwa asuransi jiwa itu adalah riba?

Asuransi jiwa tidak dapat dipahami dengan pola pikir yang berpusat pada diri sendiri. Tidak bisa dimengerti oleh orang yang hanya melihat bahwa "inilah uangku" yang ditaruh pada suatu tempat untuk keuntungannya sendiri. Demikianlah egoisme dan pikiran berpusat-diri melihat Asuransi Jiwa adalah kebodohan, kemalasan, dan buang-buang uang. Semua didasarkan pada kenyataan, bahwa yang paling mendasar dari Asuransi Jiwa, yaitu Uang Pertanggungan, diberikan pada orang lain atas kematian dirinya.

Bagi orang-orang yang egois, penawaran yang lebih 'menarik' adalah manfaat hidup, yaitu penanggungan selagi tertanggung hidup. Ada manfaat asuransi kesehatan, juga ada asuransi cacat total dan tetap. Kebanyakan mementingkan asuransi ksehatan, karena berkepentingan untuk dibayar saat mengalami penyakit yang mengharuskan rawat inap.


Tahu sendirilah, bahwa rawat inap itu mahal, bukan? Daripada keluar uang, lebih baik dibayari Asuransi. Sebenarnya, dibalik itu ada hal perlindungan keuangan keluarga -- jangan sampai beban biaya rumah sakit yang tidak terduga, harus menghabiskan semua dana yang dimiliki, yang semula dikumpulkan untuk biaya sekolah anak, misalnya.

Namun bagi orang yang tidak peduli keluarga, yang utamanya adalah ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar kesehatan keluarganya. Masalahnya, ia juga tidak bersedia mengeluarkan uang untuk bayar premi, jika tidak jelas kapan akan masuk rumah sakit. Pikiran ini didukung oleh pendapat bahwa membayar premi untuk suatu kondisi yang tidak jelas itu sama dengan judi. Riba juga.

Jadi kapan masuk asuransinya? Ketika penyakit sudah datang, dan terlihat bahwa tak lama lagi harus masuk rumah sakit. Itu bukan lagi perjudian, bukan? Sudah pasti. Bayar premi dua belas juta, berharap nanti dibayari rumah sakitnya seratus juta. Jadi, kalau masih sehat tidak usah pikir soal asuransi kesehatan. Kalau sudah sakit, ayo cari asuransi kesehatan.

Siapa yang peduli bahwa sikap seperti itu sebenarnya merugikan seluruh kumpulan peserta asuransi, karena ada orang yang sudah sakit, masuk dan pasti akan mengambil bagian dari dana premi yang terkumpul?

Yang bersikap tidak peduli, yang mau mengambil untung sendiri, yang baru mau masuk ke asuransi jika bisa mendapatkan untung.... ia adalah orang yang tidak layak diasuransikan. Agen yang baik akan menolaknya dengan sopan, tapi tegas.

Jika Anda tidak peduli untuk memberi premi agar dikumpulkan dan menanggung musibah orang lain, jangan berharap agar orang lain bersedia menanggung Anda yang sudah sakit. Itu tidak layak, tidak pantas.

Sayang, BPJS Kesehatan tidak bisa berkata demikian, karena semua warga negara harus diterima. Lihat banyaknya yang masuk di kala sudah sakit, juga banyak yang berhenti bayar iuran BPJS Kesehatan ketika semua pelayanan rumah sakit sudah tuntas dilalui. Lihat berapa besar defisit BPJS Kesehatan dalam satu tahun?

Mengapa merugikan semua orang? Heran, masih saja ada orang-orang yang tidak peduli. Di mana keluruhan bangsa Indonesia yang bergotong royong dan bersatu?

Yuk, ambil Asuransi Jiwa yang benar untuk menanggung keluarga, orang-orang yang kita kasihi.

Jika Anda belum paham jalannya, saya bersedia menolong Anda berasuransi.

Sampai besok lagi.... 

No comments:

Post a Comment