Ada dua bagian dari bayar sekolah: bayar uang masuk, dan bayar rutin bulanan. Pembayaran rutin bulanan merupakan bagian dari pengeluaran rutin bulanan, bersumber dari pendapatan bulanan. Nah, pengeluaran rutin bulanan ini maksimal kurang lebih 70% dari gaji. Misalnya gaji 10 juta sebulan, pengeluaran rutin bulanan 7 juta. Maksimal anggaran untuk bayar uang sekolah perlu dibatasi, sekitar 15% dari pengeluaran rutin. Kalau pengeluaran rutin 7 juta, kurang lebih untuk uang sekolah 1,05 juta. Ini untuk bayar TOTAL uang sekolah, kalau ada 2 orang anak, masing-masing bayar 500 ribu.
Kita perlu berinvestasi untuk mendapatkan peningkatan dana untuk bayar uang masuk, baik uang masuk SD, SMP, SMA, dan Kuliah di PT. Sisihkan 20% dari pendapatan bulanan untuk investasi; jika pendapatan 10 juta, maka yang disisihkan adalah 2 juta per bulan.
Ke mana dana dimasukkan? Pilihan pertama saya adalah reksa dana, dengan metode setoran tetap setiap bulan (disebut Dollar Cost Averaging). Yang digunakan adalah Reksadana Saham, yang bisa memberikan rata-rata imbal hasil 12% per tahun dan tidak kena pajak lagi. Jika tiap bulan menaruh dana 2 juta, di akhir bulan ke-12 bisa diperoleh dana 24.857.706.
Sekarang kita lihat dari sisi peningkatan biaya uang masuk. Misalnya saja, tahun ini masuk SD butuh 10 juta, SMP 14 juta, dan SMA 17 juta. Tiap tahun kenaikan uang masuk 10%.
Asumsi juga bahwa ada dua anak, yang sulung usianya 3 tahun dan yang bungsu 1 tahun, di tahun 2016 ini. Maka bisa dibuat perkiraan demikian: tahun 2019, si sulung masuk SD butuh 13,31 juta. Tahun 2021, si bungsu masuk SD butuh 16,105 juta. Tahun 2025, si sulung masuk SMP butuh 33,011 juta. Tahun 2027, si bungsu masuk SMP butuh 39,943 juta. Tahun Tahun 2028, si sulung masuk SMA butuh 53,353 juta. Tahun 2030, si bungsu masuk SMA butuh 64,557 juta.
Lalu ada kuliah. Untuk kuliah bukan hanya uang masuk saja, tapi perlu persiapkan dana selama 8 semester (4 tahun) kuliah, mulai dari masuk sampai keluarnya. Ini pun ada perkiraan saat ini, kuliah butuh dana 50 juta -- ya, saya tahu ini kurang untuk masuk ke PT favorit. Tapi, masih ada PT yang cukup dibayar 50 juta untuk seluruh masa kuliah.
Untuk si sulung, biaya kuliah 206 juta. Untuk si bungsu, biaya kuliah 348 juta.
Dengan menaruh 2 juta tiap bulan selama 15 tahun, semua kebutuhan ini bisa terpenuhi bila rata-rata hasil investasi tidak kurang dari 12% per tahun.
Untuk analisa di atas, saya sudah membuat kalkulator untuk menghitungnya. Bagi yang ingin menghitung bagi anak-anaknya, silakan hubungi saya.
Satu hal disini: harus bisa terus menerus menabung 2 juta per bulan. Total dana yang dibutuhkan adalah 775 juta. Bagaimana jika terjadi sesuatu sehingga orang tua gagal untuk berinvestasi yang 20% itu?
Di sini kita lihat ada 10% dari pendapatan rutin 10 juta -- jadi 1 juta per bulan -- untuk membuat Asuransi Jiwa dengan manfaat Uang Pertanggungan sebesar minimal 775 juta atas diri penghasil nafkah keluarga. Bila terjadi musibah meninggal dunia, maka tersedia dana 775 juta tersebut, yang memastikan rencana biaya sekolah tidak terhenti.
Sampai di sini, ada beberapa alternatif. Misalnya, untuk asuransi jiwa yang 12 juta per tahun itu, caranya adalah mengambil dari gaji bulan ke-13. Jadi, asuransi unit link bisa digunakan dengan cara pembayaran tahunan.
Jika nasabah menyukai kinerja manajer investasi yang diberikan oleh asuransi unit link, dana investasi yang 20% tiap bulan itu bisa dimasukkan setiap bulan secara teratur oleh nasabah sendiri. Dengan demikian, hanya butuh 1 tempat untuk berinvestasi dan berasuransi. Tentunya ada alasan yang cukup kuat untuk memilih asuransi unit link sebagai tempat berinvestasi.
Salah satu alasan kuat adalah adanya manajemen risiko otomatis, yang bisa mencegah penurunan drastis dari nilai investasi di dalam situasi ekonomi yang buruk. Kita tahu bahwa saat ini kondisi ekonomi tidak baik, dan tidak ada reksa dana yang menyediakan sarana manajemen risiko otomatis seperti yang disediakan oleh PT Generali Indonesia.... bukan promosi namun memang tidak ada yang lain.
Dalam investasi, pasti dibutuhkan pengendalian. Jika tetap memilih reksa dana yang bagus, tetap saja butuh pengawasan dan tindakan pemindahan / pencegahan untuk menghindari kejatuhan dana secara drastis, terutama menjelang kebutuhan penarikan dana untuk bayar sekolah.
Satu saran yang baik adalah memindahkan dana yang telah mencukupi untuk bayar biaya sekolah, kira-kira 3 bulan sebelum waktu harus bayar, ke instrumen yang tetap seperti deposito. Ini untuk menghindari nilai investasi tiba-tiba melorot pada saat dana dibutuhkan untuk membayar. Tentunya sangat merugikan jika dana harus ditarik pada saat nilainya turun.
Asumsi-asumsi ini bukan berasal dari diri Anda, yang benar-benar mau berhitung untuk anak-anak. Pesan yang perlu dipahami di sini adalah, hitunglah kebutuhan sekolah anak dan sesuaikan dengan harapan.... Kadang, jika realita menunjukkan ketidakmampuan orang tua untuk mendapatkan tempat kuliah yang terbaik, mungkin yang perlu diubah adalah mindset dan tujuan yang hendak dicapai.
Toh, tidak selalu harus punya S1 dari Perguruan Tinggi bergengsi untuk menjadi orang yang sukses.
Sambung lagi besok ya....
Butuh analisa? Kontak saya!
Kita perlu berinvestasi untuk mendapatkan peningkatan dana untuk bayar uang masuk, baik uang masuk SD, SMP, SMA, dan Kuliah di PT. Sisihkan 20% dari pendapatan bulanan untuk investasi; jika pendapatan 10 juta, maka yang disisihkan adalah 2 juta per bulan.
Ke mana dana dimasukkan? Pilihan pertama saya adalah reksa dana, dengan metode setoran tetap setiap bulan (disebut Dollar Cost Averaging). Yang digunakan adalah Reksadana Saham, yang bisa memberikan rata-rata imbal hasil 12% per tahun dan tidak kena pajak lagi. Jika tiap bulan menaruh dana 2 juta, di akhir bulan ke-12 bisa diperoleh dana 24.857.706.
Sekarang kita lihat dari sisi peningkatan biaya uang masuk. Misalnya saja, tahun ini masuk SD butuh 10 juta, SMP 14 juta, dan SMA 17 juta. Tiap tahun kenaikan uang masuk 10%.
Asumsi juga bahwa ada dua anak, yang sulung usianya 3 tahun dan yang bungsu 1 tahun, di tahun 2016 ini. Maka bisa dibuat perkiraan demikian: tahun 2019, si sulung masuk SD butuh 13,31 juta. Tahun 2021, si bungsu masuk SD butuh 16,105 juta. Tahun 2025, si sulung masuk SMP butuh 33,011 juta. Tahun 2027, si bungsu masuk SMP butuh 39,943 juta. Tahun Tahun 2028, si sulung masuk SMA butuh 53,353 juta. Tahun 2030, si bungsu masuk SMA butuh 64,557 juta.
Lalu ada kuliah. Untuk kuliah bukan hanya uang masuk saja, tapi perlu persiapkan dana selama 8 semester (4 tahun) kuliah, mulai dari masuk sampai keluarnya. Ini pun ada perkiraan saat ini, kuliah butuh dana 50 juta -- ya, saya tahu ini kurang untuk masuk ke PT favorit. Tapi, masih ada PT yang cukup dibayar 50 juta untuk seluruh masa kuliah.
Untuk si sulung, biaya kuliah 206 juta. Untuk si bungsu, biaya kuliah 348 juta.
Dengan menaruh 2 juta tiap bulan selama 15 tahun, semua kebutuhan ini bisa terpenuhi bila rata-rata hasil investasi tidak kurang dari 12% per tahun.
Untuk analisa di atas, saya sudah membuat kalkulator untuk menghitungnya. Bagi yang ingin menghitung bagi anak-anaknya, silakan hubungi saya.
Satu hal disini: harus bisa terus menerus menabung 2 juta per bulan. Total dana yang dibutuhkan adalah 775 juta. Bagaimana jika terjadi sesuatu sehingga orang tua gagal untuk berinvestasi yang 20% itu?
Di sini kita lihat ada 10% dari pendapatan rutin 10 juta -- jadi 1 juta per bulan -- untuk membuat Asuransi Jiwa dengan manfaat Uang Pertanggungan sebesar minimal 775 juta atas diri penghasil nafkah keluarga. Bila terjadi musibah meninggal dunia, maka tersedia dana 775 juta tersebut, yang memastikan rencana biaya sekolah tidak terhenti.
Sampai di sini, ada beberapa alternatif. Misalnya, untuk asuransi jiwa yang 12 juta per tahun itu, caranya adalah mengambil dari gaji bulan ke-13. Jadi, asuransi unit link bisa digunakan dengan cara pembayaran tahunan.
Jika nasabah menyukai kinerja manajer investasi yang diberikan oleh asuransi unit link, dana investasi yang 20% tiap bulan itu bisa dimasukkan setiap bulan secara teratur oleh nasabah sendiri. Dengan demikian, hanya butuh 1 tempat untuk berinvestasi dan berasuransi. Tentunya ada alasan yang cukup kuat untuk memilih asuransi unit link sebagai tempat berinvestasi.
Salah satu alasan kuat adalah adanya manajemen risiko otomatis, yang bisa mencegah penurunan drastis dari nilai investasi di dalam situasi ekonomi yang buruk. Kita tahu bahwa saat ini kondisi ekonomi tidak baik, dan tidak ada reksa dana yang menyediakan sarana manajemen risiko otomatis seperti yang disediakan oleh PT Generali Indonesia.... bukan promosi namun memang tidak ada yang lain.
Dalam investasi, pasti dibutuhkan pengendalian. Jika tetap memilih reksa dana yang bagus, tetap saja butuh pengawasan dan tindakan pemindahan / pencegahan untuk menghindari kejatuhan dana secara drastis, terutama menjelang kebutuhan penarikan dana untuk bayar sekolah.
Satu saran yang baik adalah memindahkan dana yang telah mencukupi untuk bayar biaya sekolah, kira-kira 3 bulan sebelum waktu harus bayar, ke instrumen yang tetap seperti deposito. Ini untuk menghindari nilai investasi tiba-tiba melorot pada saat dana dibutuhkan untuk membayar. Tentunya sangat merugikan jika dana harus ditarik pada saat nilainya turun.
Asumsi-asumsi ini bukan berasal dari diri Anda, yang benar-benar mau berhitung untuk anak-anak. Pesan yang perlu dipahami di sini adalah, hitunglah kebutuhan sekolah anak dan sesuaikan dengan harapan.... Kadang, jika realita menunjukkan ketidakmampuan orang tua untuk mendapatkan tempat kuliah yang terbaik, mungkin yang perlu diubah adalah mindset dan tujuan yang hendak dicapai.
Toh, tidak selalu harus punya S1 dari Perguruan Tinggi bergengsi untuk menjadi orang yang sukses.
Sambung lagi besok ya....
Butuh analisa? Kontak saya!
No comments:
Post a Comment