Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Tuesday, July 5, 2016

Akibat Tax Amnesty

MASIH TENTANG TAX AMNESTY yang diharapkan membawa masuk dana dari luar negeri. Pemerintah mentargetkan 165 T. Dari angka 4000 T diluar, itu bukan angka yang kecil. Sebelumnya pernah saya posting tentang peluang besar yang terbuka. Kenaikan pertumbuhan ekonomi. Kesempatan untuk berbagai macam Asuransi, mengimbangi gerak pembangunan yang meningkat.
Per hari ini, IHSG ada di 4971,58, turun dari 5027,62 di pembukaan. Yaa.... retrace dulu, masuk masa liburan.
Tapi, karena tadi siang ngobrol dengan seorang teman baik.... jadi terpikir, "sanggup nggak punya Asuransi Jiwa?"
Dengan tax amnesty dan pertumbuhan ekonomi, hal yang tidak bisa ditahan adalah meningkatnya jumlah uang yang beredar, yang memicu munculnya inflasi. Pemerintah akan menstabilkan harga dengan menjaga tingkat harga sembako stabil....
Maka, ada kemungkinan Indonesia perlu mengadopsi cara Amerika dalam menghitung core inflation, yaitu dengan menghitung kenaikan harga-harga kecuali harga bahan pangan dan energi. Soalnya harga bahan pangan dan energi ada dalam kendali Pemerintah, dijaga tidak meningkat tajam. Bagaimana dengan yang tidak dikendalikan? Bagaimana dengan headline inflation, alias inflasi inti?
Begini, dengan Tax Amnesty, dengan dana masuk, maka bisa didorong tingkat pertumbuhan ekonomi estimasi di kisaran 7%. Inflasi total mungkin akan ada di sekitar 10% -- akan sangat tergantung pada daerahnya. Semakin kencang pembangunan infrastruktur, semakin tinggi peningkatan nilai tanah dan bangunan, semakin tinggi peningkatan harga.
Kita ambil saja jangka waktu rata-rata perubahan dalam 10 tahun. Misalnya pula, Anda adalah seorang yang berusia 25 tahun
Misalnya ya, jika hari ini menabung sebagai dana darurat. Untuk seorang berusia 25 tahun yang bekerja, misalnya saja punya gaji sebesar 8 juta per bulan. Dana darurat disiapkan sebesar 3x gaji, jadi punya dana 24 juta.
Nah, dana darurat ini meningkat setiap tahun sesuai pertumbuhan ekonomi, jadi gaji meningkat 7% tiap tahun. Dalam waktu 10 tahun, gajinya menjadi 15,74. Dana darurat menjadi 47,22. Keren kan?!
Caranya mengumpulkan dana darurat adalah dengan mengembangkan dana di deposito, sambil terus ditambah tiap tahun.
Ada musibah yang dapat terjadi, misalnya kecelakaan. Patah tulang, dipasang pen. Ouch! Hari ini, biaya perawatannya mencapai 20 juta. Kalau punya dana darurat 24 juta, cukup kan?
Jadi buat apa asuransi? Dana daruratnya cukup kok!
Tapi, kecelakaan terjadi 10 tahun yang akan datang, di mana tiap tahun biayanya naik 10%. Pada saat itu terjadi, biaya perawatannya menjadi 51,875 juta.
Kalau dana daruratnya hanya 47,22 maka ada kekurangan 4,655 juta. Tidak lagi cukup.
Bagaimana dengan musibah yang lebih mengerikan seperti kematian? Satu hal yang bisa diduga adalah biaya final dalam kematian -- belum bicara income replacement lho. Terjadinya kematian bukan 10 tahun lagi (nggak mati muda kan!) tapi mungkin 50 tahun lagi, di usia 75.
Dan untuk biaya kematian, misalnya ada kenaikan tiap tahun 7%.
Berapa biaya hari ini untuk orang yang meninggal dunia? Ya macam-macam sih, tergantung adat budayanya. Cukup amankah jika saya sebut angka Rp 30 juta sebagai biaya per HARI INI?
Okelah. Jadi kalau punya Asuransi Jiwa dengan UP 200 juta, jelas sangat cukup untuk menutupi kematian hari ini. Tapi, kan bukan meninggal besok. Amit-amit! Meninggalnya kan 50 tahun lagi.
Pernah hitung berapa nilai masa kini dari uang Rp 200 juta yang muncul 50 tahun yang akan datang, dengan perubahan 7% per tahun?
Nilai present nya adalah: Rp 6.789.552 saja. Uang 200 juta itu tidak cukup untuk membayar biaya final kematian!
Sebenarnya, biaya yang dibutuhkan 50 tahun yang akan datang adalah sekitar 884 juta. Cukup baik jika kita bulatkan saja menjadi 1 Milyar, sebagai Uang Pertanggungan Dasar. Ini dihitung dengan estimasi rata-rata 7% saja lho.
Ah, bagaimana dengan pencapaia target inflasi oleh BI dan Pemerintah, sebesar 4% per tahun? Jika target ini dicapai, maka 50 tahun lagi, biaya final yang hari ini 30 juta akan menjadi sekitar 213 juta.
Jadi kalau punya asuransi jiwa dengan UP sebesar 200 juta, itu masih kurang. Hanya untuk biaya final: mulai dari bayar RS, persemayaman, peti mati, dan penguburan di TPU rakyat, juga untuk biaya kumpul-kumpul keluarga.
Belum bicara tentang income replacement, atau tentang distribusi aset sebagai warisan lho.... hanya tentang biaya final kematian saja.
Kalau tidak punya asuransi, atau kalau hanya punya asuransi jiwa dengan UP di bawah 100 juta, jelas masih kurang ya?
Besok di sambung lagi.

No comments:

Post a Comment