Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Saturday, July 9, 2016

Nilai Waktu Uang

BAGAIMANA HITUNG NILAI DI MASA DEPAN? Pertama-tama kita melihat bahwa ada suatu peningkatan dan penurunan yang tidak tetap dari kondisi ekonomi, terutama dari inflasi dan suku bunga. Dari perubahan itu, dibuatlah suatu rata-rata dari satu periode yang cukup panjang, misalnya 10 atau 15 tahun. Kita dapatkan inflasi inti rata-rata dalam 15 tahun terakhir ada sekitar 8% berdasarkan data dari BPS..
Rumus untuk menghitung nilai di masa depan adalah berdasarkan peningkatan tetap tiap tahun berdasarkan rata-rata itu. Jika variabel nilai awal adalah Pv (dari kata Present Value) dan laju atau rate perubahan r, maka perhitungannya adalah
Pv x (1+r) x (1+r) x (1+r) x (1+r) x (1+r) x (1+r) x ... x (1+r)
Dibikin pendek, jadi Pv * (1+r)^n ....ini meniru cara nulis di MS Excel. Sebetulnya ada fungsi di MS Excel, =FV(rate,periode,pmt,pv) bagi yang antusias untuk kerepotan ini. Saya mau bagikan cara gampangnya saja deh.
Ada yang namanya RUMUS 72. Ini adalah rumus pendekatan untuk menghitung perkiraan berapa lama sesuatu nilai akan jadi dua kali lipat. Pendekatan lho ya, jadi bukan angka persis presisi eksak..... ini ilmu sosial kan, bukan eksakta.
Caranya gampang, 72 dibagi berapa laju perubahan, itulah lama waktu (dalam tahun) nilai akan jadi dua kali lipat.
Berapa tadi rata-rata inflasi? 8% hasil pembulatan ya. Maka, 72 dibagi 8 sama dengan 9. Artinya setiap 9 tahun sekali, harga akan jadi dua kali lipat. Ini adalah harga besaran inflasi inti, yang hitung bahan-bahan pokok. Yang dihitung ya sepiring nasi dan sayur, begitu.... bukan hitung segala macam inflasi ya.
Jadi, kalau hari ini tahun 2016, sepiring nasi dan sayur plus minum, katakanlah misalnya 10.000 (ini menu warteg murmer lho). Yang makannya anak muda umur 17 tahun, seperti anak sma yang hobi makan di warteg sesuai kantongnya.
Maka 9 tahun lagi, tahun 2025, harganya warteg itu 20.000. Lalu 9 tahun kemudian tahun 2034, harganya 40.000. Lalu 9 tahun kemudian tahun 2043, harganya 80.000, Lalu 9 tahun kemudian tahun 2052, harganya 160.000 ....pada tahun 2052 itu, 36 tahun kemudian, si anak yang 17 tahun telah berusia 53 tahun.
Okelah, dengan berharap peningkatan tidak sebesar itu, bisa diperkirakan pada waktu ia berusia 55 tahun (tahun 2054), sepiring makanan dan minuman harganya 150.000.
Eh, mungkin waktu itu sudah dilakukan redenominasi, jadi besarannya adalah Rp 150. Tanpa 3 angka nol di belakangnya. Dan ini masih bicara tentang sepiring nasi di warteg lho, dengan asumsi kelak 38 tahun kemudian masih ada warteg yang menjual nasi dan sayur yang sama.
Juga diasumsikan bahwa beras masih ditanam dan orang Indonesia masih makan nasi.... sudah berabad-abad makan nasi kan? Harganya saja yang beda.
Kalau sekali makan 150, dan dengan berhemat ikat pinggang ketat, sehari hanya makan dua kali, sedih amat. Sehari 300. Tiap hari makan, jadi sebulan 30 x 300 = 9000. Setahun 12 x 9000 = Rp 108.000.-- hanya untuk makan 2 KALI sehari PER ORANG.
Tapi, orang kan hidup bukan hanya untuk makan, juga butuh energi (bensin, listrik), komunikasi (telpon, internet), kebutuhan rumah tangga, kebutuhan tubuh (baju, vitamin, kesehatan), juga rekreasi. Cukup aman untuk menghitung biaya total MINIMAL 3x lipat dari biaya makan, jadi setahun butuh 3x 108.000 = 324.000 per orang.
Eh, jangan lupa ini adalah hasil redenominasi. Tambah 3 angka nol di belakangnya ya.
Jika pada saat pensiun itu punya uang 1.000.000 dan setelah itu tidak bekerja lagi, uangnya hanya cukup untuk kira-kira 2,5 tahun hidup hemat.
Dari semua penuturan di atas, bisa diuji dengan matematika atau pakai fungsi Excel yang saya perlihatkan di awal, kita bisa mengatakan bahwa semua perhitungan uang MILYAR hari ini, sebenarnya kelak mungkin tidak seberharga itu.
Kita sering kan, heboh dengan bilang ini manfaat Asuransi nya sekian milyar, rasanya sekarang besar banget banget.... tapi kelak tidak lagi sebesar itu. Ingatlah bahwa manfaat Asuransi itu angkanya atau nominalnya di polis tetap sama segitu. Sementara, biaya yang dikenakan terus meningkat setiap tahun, apalagi kalau mengingat di Indonesia ada hari raya yang jadi pompa inflasi.
Di lain sisi, kalau manfaat Asuransi sekarang, yang bernominal milyar itu kelak jadi kurang bernilai, apalagi yang masih ratusan juta, apalagi yang hanya puluhan juta ya?
Silakan dihitung lagi.
Besok sambung lagi..... masih boleh?
Semoga tidak ada yang keberatan dengan tulisan panjang begini.
Selamat berlibur!

No comments:

Post a Comment