Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Saturday, July 16, 2016

Riwayat Investasi

ASURANSI UNIT LINK ADALAH TABUNGAN YANG MELEBIHI BANK kata Agen-Agen, dan sekarang banyak yang kecewa dengan hasil dari investasi di asuransi unit link. Mau tanya dong, kenapa bisa begitu? Agennya mengarang kah?


Mungkin kita bisa menengok ke tahun 2000... mungkin di Indonesia nggak ada rasanya, tapi sebenarnya saat itu terjadi krisis dot-com di bursa saham global. Harga saham perusahaan internet berguguran. Waktu itu ketua The Fed adalah Mr. Alan Greenspan, mengatasi dengan membuat serangkaian kebijakan moneter.

Alhasil, krisis internet mereda dan muncullah gairah di property, dan itu juga mendorong kredit alias hutang di mana-mana di seluruh dunia. Asal tahu saja, yang namanya hutang sudah bikin Indonesia kelihatan maju, tapi sebenarnya parah di bagian dalam. Ingat tahun 1998? Itu gara-gara perbankan memberi hutang sembarangan sejak pakto 88 (Oktober 1988) dikeluakan.

Cerita di dunia kok seperti mengulang kacaunya Indonesia ya? Demikianlah sementara Indonesia berjuang keluar dari hutang, ekonomi global dibanjiri kredit dalam mata uang USD. Tentunya kalau uang banyak tersedia, seperti mobil banyak bensinnya. Enak di-gas. Broooomm! Pertumbuhan tinggi, butuh banyak energi. Maka kita lihat harga batu bara meningkat, harga minyak bumi meningkat.

Penandanya adalah pada tahun 2005, Indonesia sampai dua kali menaikkan harga bensin? Ingat, betapa menyebalkannya? Mau bagaimana lagi, harga minyak bumi memang tinggi, juga batu bara, juga properti. Bagi rakyat awam, rasanya susah karena inflasi juga naik. Tahukah berapa besar inflasi Indonesia tahun 2005? 17,11% !!!

Di balik inflasi tinggi, ada berkah naiknya bursa saham, yang biasanya tidak diperhatikan orang. Di tahun 2005, kenaikan IHSG adalah yang TERTINGGI di Asean, sebesar 16,39%, bursa ditutup dengan indeks di 1.162,635 ....ini baru permulaannya.

Pada tahun-tahun berikutnya, inflasi tidak lagi setinggi itu namun kinerja bursa saham Indonesia tetap amat sangat cemerlang. Tahun 2006 naik 55,29% di 1.805,523. Tahun 2007 naik di posisi 2.745,826, itu naik 52%. Kenapa bisa naik begini? Karena dorongan uang di pasar global meningkatkan semua harapan, dan meningkatkan semua nilai aset. Banyak sekali investor asing yang masuk pasar Indonesia, mendorong harga saham melambung tinggi.

Tapi, tidak ada pesta yang tidak berakhir. Hutang harus dibayar.

Gelembung property di Amerika Serikat pecah dengan kegagalan pembayaran secara masif, yang membuat Subprime Mortgage mengalami default. Krisis ini menghantam perbankan dunia, menyebabkan krisis likuiditas global. Di Indonesia tidak ada bank yang terlibat subprime mortgage, namun secara psikologis juga sangat terpengaruh. Tahun 2008, bursa saham anjlok.

Sebenarnya selain masalah subprime, juga ada masalah produktivitas -- karena dalam pertumbuhan ini, Amerika Utara dan Uni Eropa jadi pembeli memakai duit HUTANG, sementara Asia, Rusia, dan Amerika Selatan jadi produsen. Di Asia, ada China dan India yang giat. Di Amerika Selatan ada Brazil. Juga ada Rusia, yang punya banyak minyak dan menikmati harga diatas $100, bahkan sampai $147, per barrel.

Masalah subprime mortgage tahun 2008, mendorong langkah The Fed untuk melakukan bailout alias menalangi aset bank, yang berlanjut dengan program cetak duit, yang disebut Quantitative Easing. Langkah The Fed ini juga diikuti oleh berbagai bank sentral lain, Bank of England, Bank of Japan, European Central Bank, sampai kita dengar tentang Currency War.

Langkah ini menahan akibat lanjutan dari penurunan, maka kalau tahun 2008 kita mengalami penurunan bursa saham yang tajam, di tahun 2009, harga saham kembali menguat. Tahun 2010 masih tetap positif, bursa saham Indonesia masih jadi salah satu yang terbaik di dunia.

Nggak heran kan, dengan kenaikan selama 5 tahun, orang menjadi yakin akan kinerja saham -- yang terus dibuat jadi BUKTI bahwa asuransi unit link memberikan sarana lebih baik daripada bank?

Kemudian datanglah The Moment of Truth. Mulainya dari Uni Eropa, dengan krisis di Portugal, Italia, Irlandia, Greek (Yunani) dan Spanyol, disingkat PIIGS. Yang terparah adalah Yunani. Ini adalah masalah yang timbul dari hutang konsumtif, yang jauh lebih tinggi daripada produktivitas. Waktu itu besar hutang dibanding produksi domestik bruto di Yunani mencapai 162%

Begini: seandainya seluruh rakyat Yunani bekerja menghasilkan barang dan jasa selama setahun, lantas uang pendapatannya dipakai untuk bayar hutang.... itu nggak cukup. Butuh 1,6 kali lipat! Bukan cuma Yunani yang begini. Italia juga kacau, padahal Italia adalah ekonomi ketiga terbesar di Uni Eropa, setelah Jerman dan Perancis.

Mulai 2011, ekonomi dunia anjlok oleh hutang, yang menggulung produktivitas -- rendahnya produksi domestik bruto di mana-mana. Indonesia juga susah, karena ekspor terus mandek di mana-mana. Baiknya, sejak 1998 Indonesia sudah berbenah sehingga besar hutang dibanding PDB masih di bawah 50%.

Lima tahun terakhir, pasar modal tidak bisa mendapatkan kembali kekuatannya, karena masih didorong oleh duit investor luar negeri, bukan investor dalam negeri. Orang luar negeri mengalami krisis demi krisis -- terakhir krisis Brexit, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (bukan kasus Brebes Exit yang super panjang itu).

Baru sekarang saja ada dorongan naik karena UU Tax Amnesty, yang membuat IHSG bisa kembali mencapai angka 5000. Bagaimanapun, periode 2011-2016 jauh lebih rendah dibandingkan periode 2005-2010. Dan, masalah hutang masih berlanjut, demikian juga dengan produktivitas.

Jadi, tidak ada lagi cerita investasi pasti lebih bagus daripada bank. Mungkin bunga rendah, bunga tabungan tidak sampai 3% per tahun, tapi tidak akan minus kan?

Tahun 2015, IHSG hanya naik 0,52% di 4.593,01. Nyaris minus.

Perkiraan OECD, juga BI, tahun 2016 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di kisaran 5,3%. Pemerintah tentunya berharap lebih tinggi, di 5,5% ....tidak ada yang berani berharap 6%. Kalau inflasi rendah, sebenarnya yang terjadi adalah deflasi, yang lebih merusak ekonomi. Lihatlah Jepang yang setengah mati berjuang melawan deflasi.

Investasi masih bisa memberi hasil, hanya makin butuh kemampuan dan pemahaman. Kembali lagi saja ke Asuransi, yang memberikan kepastian di tengah ketidakpastian.

Sambung lagi besok ya....

No comments:

Post a Comment