Consultation

Donny A. Wiguna CFP, QWP, AEPP, QFE adalah QUALIFIED FINANCIAL EDUCATOR, dari FPSB sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melayani konsultasi dan bantuan penjelasan serta pelatihan Asuransi, Investasi, Dana Pensiun, dan Estate Planning. Berpengalaman mengajar dalam keuangan sejak 2007.

Hubungi Donny A. Wiguna dengan SMS atau Whatsapp di 0818-222-634
Area Bandung dan Jakarta serta sekitarnya.

Pencarian

Wednesday, July 13, 2016

Asuransi Kesehatan

ASURANSI KESEHATAN ADALAH ASURANSI DENGAN TINGKAT KLAIM PALING BANYAK, juga paling rumit karena menyangkut ilmu medis, mengenai apa yang bisa dipenuhi klaim dan tidak. Secara umum, masyarakat mengakui bahwa kebutuhan akan penanggungan biaya kesehatan itu penting.
Tapi biasanya juga, masyarakat tidak mau membayar preminya.... sampai tiba pada situasi di mana tubuh sakit dan tuntutan untuk biaya perawatan ada di depan mata. Kalau cukup "beruntung" tidak pernah secara formal berobat ke dokter (karena punya teman dokter yang selalu bisa ditanyai secara informal) sehingga tidak ada rekam medis, begitu tahu sakit langsung saja cari asuransi kesehatan!
Tidak heran, tingkat klaim menjadi ekstra tinggi karena sebagian yang menjadi peserta asuransi adalah orang-orang yang memang sudah sakit. Alhasil, premi untuk asuransi kesehatan di Indonesia relatif lebih tinggi daripada di negara-negara lain. Di antara berbagai biaya asuransi yang harus dibayar secara reguler, mungkin premi asuransi kesehatan adalah yang paling tinggi.
Mana yang lebih mahal, perempuan atau laki-laki? Secara statistik, laki-laki berusia lebih pendek daripada perempuan, maka premi mortalita (meninggal dunia) laki-laki lebih tinggi. Namun, juga secara statistik, perempuan lebih rentan sakit daripada laki-laki, maka premi morbidita (sakit) perempuan lebih tinggi.
Ok, apa saja yang ditanggung oleh asuransi kesehatan?
Pada prinsipnya, ada tiga macam kerugian ketika terjadi penyakit yang tidak terduga, tidak dapat ditolak, dan kalau sudah ditagih tidak bisa ditawar ini.
Yang pertama adalah kerugian karena mengeluarkan biaya pengobatan. Ada dua macam: pengobatan rawat jalan (outpatient) dan pengobatan rawat inap (inpatient). Dulu asuransi kesehatan mengcover keduanya, tapi premi jadi tinggi. Juga butuh biaya proses klaim yang lebih tinggi untuk rawat jalan yang cenderung lebih sering dilakukan.
Untuk premi yang lebih terjangkau, kini rawat jalan tidak lagi ditanggung -- toh orang tidak jadi bangkrut karena rawat jalan. Maka penggantian hanya untuk pengobatan rawat inap yang kerap kali amat tinggi dan bikin miskin keluarga pasien. Ini adalah kerugian yang pasti dan terbatas pada kuitansi tagihan rumah sakit.
Yang kedua adalah kerugian karena kehilangan produktivitas gara-gara sakit, ditandai dengan masuk Rumah Sakit. Harusnya dagang, sehari bisa untung sekian.... sekarang masuk RS. Hilanglah keuntungan itu. Dengan asuransi kesehatan berjenis penggantian tunai, maka ada ganti sejumlah nilai pada polis per hari tidak masuk RS.
Penggantian ini sifatnya tidak terukur, intangible. Maka, orang bisa membuat berbagai polis di berbagai perusahaan asuransi kesehatan. Ketika ia sakit, klaim bisa dilakukan pada semua perusahaan -- karena produktivitas tidak ada batasnya. Penggantian hanya dibatasi oleh premi yang dibayar, ini disebut sebagai limited indemnity.
Yang ketiga, ketika orang mengalami penyakit yang amat parah, ia kehilangan seluruh produktivitasnya. Jenis asuransi ini dimulai tahun 1983 di Afrika Selatan, oleh Dr. Marius Barnard, pertama kali disebut Dread Disease Insurance. Asuransi ini menggantikan produktivitas yang hilang karena sakit -- serupa dengan UP Jiwa jika meninggal, tapi dalam situasi ini belum meninggal dunia.
Kalau sakit sampai produktivitas hilang (misalnya, kena stroke sehingga lumpuh total) pada dasarnya ada dua tujuan penggantian: untuk tujuan menggantikan nilai ekonomi yang hilang, dan untuk tujuan membiayai pengobatan di luar rumah sakit serta membiayai perubahan gaya hidup yang terjadi.
Makanya jangan heran kalau untuk klaim penyakit kritis, klaim baru bisa dilakukan saat kondisi tertanggung benar-benar parah, lumpuh, kanker stadium lanjut.... pokoknya cukup mengerikan. Maka disebut dread disease, artinya penyakit yang menakutkan, di mana penyakit mengubah kehidupan tertanggung sebagai pasien.
Dari tipe satu sampai tiga, masing-masing merupakan produk berbeda, rider berbeda. Hanya di Indonesia sering agen bingung dan menjual semuanya "untuk biaya rumah sakit". Bingung kan?
Juga muncul omongan "wah saya untung ikut, ini dapat duit ekstra karena rawat inap lima hari itu, sudah dibayari RS nya, dapat duit pula."
Begitu juga yang jualan, biasanya telemarketing, ngomong "ini asuransi kesehatan istiimewa Pak, nggak usah kuitansi asli, bisa double klaim...." -- lha, itu kan perjanjian asuransi kesehatan yang berbeda, kok dibandingkan?
Terakhir, yang namanya sakit itu ingin sembuh. Kalau belum sembuh, ingin senyaman-nyamannya. Di Indonesia, pertimbangan "nyaman" bukan hanya untuk pasien, tapi juga keluarga pasien. Sudah biasa kan, kalau masuk RS lantas keluarga juga menemani?
Maka, bisa kah membayangkan kalau masuk RS di bangsal di mana keluarga menunggu tanpa bisa ikut tidur, hanya duduk saja di satu kursi lipat itu? Kalau masuk RS, apakah siap untuk masuk kelas terendah?
Jangan salah: banyak rakyat Indonesia yang apabolehbuat bersedia. Tapi bagi banyak orang lain, kenyamanan penting, dan lebih penting lagi cepat sembuh tanpa komplikasi dan panjang umur!
Asuransi kesehatan, terutama soal rawat inap, berkaitan langsung dengan kompetensi pelayanan medis. Dicarilah rumah sakit yang lebih besar, alat lebih canggih, dokter lebih ahli. Malangnya, semua yang paling bagus ini setiap tahun naik harganya -- RS baru dengan alat baru, langsung mengenakan biaya kamar yang jauh lebih tinggi.
Kemarin anak saya kena DB kan, jadi masuk RS (tahun 2016) di kota Bandung. Untuk kelas I yang sekamar berisi 2 orang, kamarnya saja per hari sekitar 650 ribu. Yang sekamar sendiri, paling murah sekitar 950 ribu. Ini di rumah sakit yang sudah bersertifikat pelayanan medis dari Amerika.... Berapa total biaya perawatan selama 3 hari? Habis hampir 7 juta Rupiah. Jadi rata-rata total per hari 2,33 juta. Hanya DB lho.
Berapa total biaya per hari RS di luar negeri, misalnya di Australia? Dari <http://www.statista.com/…/cost-of-hospital-stay-per-day-by…/> biayanya $1.308. Jadi kalau dirawat 10 hari saja, sudah $13.080... Ini hanya rata-rata, belum bahas tentang perawatan khusus dan serius untuk penyakit yang lebih berat.
Juga, harus hitung bahwa biaya kesehatan naik terus dari waktu ke waktu, dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi inti. Kalau ambil asuransi kesehatan hari ini, bukan untuk masuk RS besok kan?
Ada masa tunggu, paling tidak 30 hari untuk penyakit menular. Untuk penyakit yang tidak menular, kebanyakan asuransi kesehatan mengenakan masa tunggu 12 bulan. Untuk penyakit yang sudah diderita, kebanyakan asuransi kesehatan tidak menanggung lagi sama sekali. Jadi kalau sudah sakit tapi belum punya asuransi..... ya siap-siap saja tanggung sendiri semua biayanya.
Isu yang terpenting bukan soal cara bayarnya, melainkan BERAPA yang harus dibayar. Walau pakai kartu, kalau asuransi hanya bayar 30% dari tagihan, bagaimanapun cara bayarnya, ya tetap saja berat..... pernah terpikir bagaimana jika suatu hari masuk RS dan tagihannya senilai Rp 300 juta? $23.076 ?
Usahakan hidup yang baik, dan tetaplah sehat ya.....

1 comment: